Hasil Carian Hadis Terjemahan Melayu
HASIL CARIAN BAGI PERKATAAN/FRASA kasih jari anak yatim BERJAYA MENCAPAI 149 HADIS DARI KOLEKSI SAHIH BUKHARI

11  
Hadis Sahih Bukhari Jilid 2. Hadis Nombor 0667.
Dari Usamah bin Zaid r.a., katanya: "Puteri Nabi saw. mengirim seorang utusan kepada beliau, mengatakan : "Anak ku meninggal dunia, kerana itu sudilah Baginda datang." Nabi saw. mengirimkan salam kepada puterinya dan bersabda: "Inna lillaahi maa akhadza, walahuu maa a'tha, wa kullun 'indahu bi ajalin musamma, fal tashbir wal tahtasib. " "Sesungguhnya apa yang diambil dan diberikan Allah, semuanya milik Allah belaka. Segala-galanya (di dunia ini), masing-masing telah mempunyai ajal di sisi Allah. kerana itu sabar dan berserah dirilah. "Kemudian puteri beliau mengirim utusan kembali, meminta dengan nama Allah (dengan sumpah) supaya ayahanda datang. Nabi saw. datang beserta Saad bin Ubadah, Muadz bin Jabal, Ubay bin Kaab, Zaid bin Tsabit dan beberapa orang sahabat lainnya. Setibanya Rasulullah saw., mayat itu dibawa ke hadapan beliau. Tubuhnya kelihatan kurus kering. Kata Usamah. "Saya kira beliau seolah-olah berkata: mayat itu seperti girbah. Lalu air mata Nabi saw. mengalir." Saad bertanya, "Apakah ini ya, Rasulullah'!" Jawab beliau, "Inilah kasih mesra yang ditanamkan Allah di hati para hambaNya. Sesungguhnya Allah mengasihi para hamba-Nya yang pengasih."

12  
Hadis Sahih Bukhari Jilid 3. Hadis Nombor 1497.
Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi s.a.w., beliau bersabda: "Yang pandai berbicara dalam buaian (pada waktu kecil), hanyalah tiga orang, di antaranya 'Isa. Ada seorang laki-laki Bani Israil yang bernama Juraij. Ketika ia solat, datang ibunya memanggilnya. Kata Juraij dalam hatinya: "Apakah akan saya jawab ibu saya, atau saya terus solat?" Kata ibu: "Wahai Tuhan! Janganlah Engkau matikan ia sebelum Engkau perlihatkan kepadanya muka perempuan pelacur!" Dan Juraij tetap dalam tempat peribadatannya. Kemudian seorang perempuan menawarkan diri kepadanya untuk berbuat jahat, Juraij menolak. Perempuan itu lalu datang kepada seorang penggembala, menyerahkan diri kepadanya. Kemudian ia melahirkan anak, dan dikatakannya anak Juraij. Orang banyak datang kepadanya, menghancurkan tempat peribadatannya. Mereka menyeret dan mencaci-makinya. Kemudian Juraij berwuduk dan terus mengerjakan solat. Lalu didatanginya anak itu seraya berkata: "Hai anak! Siapakah ayahmu?" Jawabnya: "Penggembala!" Orang banyak tadi lalu berkata: "Kami dirikan kembali tempat peribadatanmu dari emas!" Kata Juraij: "Jangan! Cukup dari tanah saja!" Ada lagi seorang perempuan Bani Israel sedang menyusukan anaknya. Maka seorang laki-laki lalu ditempatnya menunggang kuda lagi tampan rupanya. Kata perempuan itu: "Wahai Tuhan! Jadikanlah anakku seumpama orang ini!" Anak itu pun lalu meninggalkan susu ibunya dan menghadap kepada orang yang menunggang kuda itu, katanya: "Wahai Tuhan! Janganlah Engkau jadikan saya seumpama dia!" Kemudian anak itu kembali menghisap susu ibunya. Kata Abu Hurairah: Seolah-olah saya melihat Nabi s.a.w. menghisap jari beliau. Kemudian lalu pula di tempat itu seorang budak perempuan. Kata perempuan itu: "Wahai Tuhan! Jangan Engkau jadikan anakku seumpama orang ini!" Anak itu pun lalu meninggalkan susu ibunya, katanya: "Wahai Tuhan! Jadikanlah saya seumpama dia!" Ibunya lalu berkata: "Mengapa begitu?" Jawabnya: Orang yang menunggang kuda tadi adalah seorang yang sangat takbur. Sedangkan budak perempuan itu banyak orang berkata kepadanya: Engkau pencuri dan penzina, padahal ia tiada pernah berbuat demikian".

13  
Hadis Sahih Bukhari Jilid 4. Hadis Nombor 1855.
Dari Samurah bin Jundab r.a. katanya: Rasulullah saw. acapkali menanyakan kepada sahabat-sahabatnya: "Adakah seseorang di antara kamu yang bermimpi?" Lalu orang yang bermimpi itu menceritakan kepada Nabi akan mimpinya. Pada suatu pagi beliau bercerita, bahawa pada malam tadi beliau bermimpi. Datang dua orang dan mengajak berjalan bersama-sama. Kemudian aku berjalan bersama-sama dengan kedua orang itu. Kami sampai kepada seorang laki-laki yang terbaring dan kebetulan seorang lagi berdiri memegang sebuah batu besar dan menjatuhkan batu besar itu di atas kepala orang yang sedang berbaring. Maka pecahlah kepalanya dan batu itu berguling tidak jauh dari situ. Oleh orang yang menjatuhkan batu tadi dikejarnya batu itu dan diambilnya. Tetapi sebelum dia kembali, kepala orang yang pecah tadi sihat sebagai semula. Lalu diulanginya menjatuhkan batu itu sekali lagi sebagai yang diperbuatnya tadi. Aku menanyakan kepada keduanya: "Subhanallah! Siapakah kedua orang itu (yang berbaring dan yang berdiri"?" Kata keduanya: "'Berjalan terus!" Lalu kami berjalan dan bertemu dengan seorang laki-laki sedang tidur menelentang dan yang seorang lagi berdiri memegang sebuah senjata dari besi. Dia berdiri dari sebelah laki-laki yang tidur itu, lalu dipotongnya dari rahangnya sampai ke tengkuknya dan dari hidung sampai ke tengkuknya dan dari matanya sampai ke tengkuknya, sehingga putus. Kemudian itu, dia pindah ke sebelah yang lain dan diperbuatnya pula sebagai perbuatannya yang tadi. Tetapi sebelum dia selesai berbuat pada yang sebelah, luka tadi telah sihat kembali sebagai semula. Diulanginya sekali lagi sebagai yang diperbuatnya dahulu. Aku bertanya: "Subhanallah!" Siapa kedua orang ini?" Jawabnya: "Jalan terus!" Lalu kami berjalan dan sampai kepada suatu bangunan serupa tungku api dan di situ kedengaran suara hiruk pikuk. Lalu kami tengok ke dalam, kebetulan di situ ada beberapa orang laki-laki dan perempuan yang bertelanjang. Dari b awah mereka datang nyala api dan apabila kena nyala api mereka memekik. Aku bertanya: "Siapakah orang ini?" Jawabnya: "Jalan terus, jalan terus!" Lalu kami berjalan dan bertemu dengan sebuah sungai yang berwarna merah seperti darah. Kebetulan dalam sungai itu ada seorang yang berenang, sedang di tepi sungai ada seorang lagi yang mengumpulkan di dekatnya batu yang banyak. Apabila orang yang berenang itu telah berenang agak seketika, dia datang kepada orang yang mengumpulkan batu, dengan mengangakan mulut lalu dilemparkan batu ke mulut orang yang berenang itu. Kemudian dia berenang dan kembali kepada orang yang mengumpulkan batu dengan mengangakan mulutnya, lalu dilemparkan pula batu ke mulutnya. Aku bertanya: "Siapakah kedua orang ini?" Jawabnya: "Jalan terus, jalan terus!" Kami terus berjalan dan bertemu dengan seorang laki-laki yang sangat buruk mukanya, lebih buruk dari yang pernah engkau lihat. Dekat orang itu ada api yang dinyalakannya dan dia berlari-lari keliling api itu. Aku b ertanya: "Siapakah orang ini?" Jawabnya: "Jalan terus, jalan terus!" Lalu kami berjalan terus dan bertemu dengan sebuah kebun yang menghijau dan di situ kelihatan cahaya kesuburan. Di tengah kebun itu kelihatan seorang laki-laki yang tinggi, sehingga hampir kepalanya tidak kelihatan kerana tingginya. Di keliling laki-laki itu banyak anak-anak yang belum pernah ku lihat sebanyak itu. Aku bertanya: "Siapa laki-laki itu dan siapa anak-anak itu?" Jawabnya: "Jalan terus, jalan terus!" Lalu kami berjalan dan bertemu dengan sebuah kebun yang sangat lebar, belum pernah aku melihat kebun yang selebar dan sebagus itu. Dikatakan kepada ku: "Naiklah!" Lalu kami naik dan sampai ke sebuah kota yang bangunannya terbuat dari batu-bata emas dan batu-bata perak. Setelah sampai di pintu gerbang kota, kami suruh buka, lalu dibuka dan kami masuk ke dalamnya. Kami bertemu di situ dengan beberapa orang yang sebahagian tubuhnya amat elok, lebih elok dari apa yang pernah engkau lihat, sedang sebahagian tubuhnya sangat buruk dan lebih buruk dari apa yang pernah engkau lihat. Kedua orang tadi menyuruh mereka pergi dan masuk ke dalam sebuah sungai. Kebetulan sungai itu sangat lebar, airnya mengalir dan berwarna putih bagai air susu. Lalu mereka pergi dan masuk ke dalam sungai. Kemudian mereka kembali kepada kami, sedang rupa yang buruk itu telah hilang dari mereka dan kerananya telah mempunyai rupa yang elok. Dikatakan kepada ku: "Inilah syurga Aden dan di situ tempat engkau!" Lalu aku melihat ke atas, maka kelihatan lah sebuah istana sebagai awan putih. Kata keduanya kepada ku: "lnilah tempat engkau!" Aku mengatakan kepada keduanya: "Kiranya kamu diberkati Allah! Biarkanlah aku masuk ke dal amnya!" Jawabnya: "Sekarang belum boleh, tetapi engkau pasti masuk ke situ." Aku mengatakan kepada keduanya: "Sesungguhnya aku telah melihat sejak tadi beberapa keajaiban dan apakah ertinya segala yang ku lihat itu?" Jawabnya: "Akan kami terangkan kepada engkau erti semuanya." Adapun yang mula-mula engkau temui, iaitu orang yang dipecah kepalanya dengan batu, itulah orang yang mempelajari Quran, kemudian dibuangnya saja (tidak dibacanya) dan dia tidur meninggalkan solat yang wajib. Orang yang engkau temui dipotong dari rahangnya sampai ke tengkuknya, dari hidungnya sampai ke tengkuknya dan dari matanya sampai ke tengkuknya, itulah orang yang berangkat di pagi hari dari rumahnya dengan mengucapkan perkataan bohong yang sampai tersebar ke segenap penjuru. Laki-laki dan perempuan bertelanjang yang berada dalam bangunan serupa tungku, Itulah laki-laki dan perempuan, yang berzina. Orang yang engkau temui berenang dalam sungai dan dilemparkan batu ke dalam mulutnya, Itulah orang yang memak an riba. Orang yang amat buruk rupanya, berada dekat api yang dinyalakannya dan berlari keliling api, itulah Malik penjaga neraka. Laki-laki yang tinggi dalam kebun ialah Ibrahim a.s. sedang anak-anak yang di kelilingnya ialah anak-anak yang meninggal di waktu kecil. Sebahagian orang Islam yang hadir bertanya: "Ya Rasulullah! Juga anak-anak orang musyrik?" Jawab Nabi: "Juga anak-anak orang musyrik ." Orang-orang yang sebahagian tubuhnya elok dan sebahagian lagi buruk, itulah orang yang mempercampur - baurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan yang buruk. Kiranya Allah mengampuni dosa mereka!"

14  
Hadis Sahih Bukhari Jilid 4. Hadis Nombor 1700.
Dari Sahl bin Saad r.a., katanya: Nabi saw. bersabda: "Saya dan orang yang menjamin anak yatim di dalam syurga nanti adalah seperti ini." Beliau menunjuk kepada jari telunjuk dan jari tengahnya.

15  
Hadis Sahih Bukhari Jilid 2. Hadis Nombor 0754.
Abu Sa'id r.a. menceritakan: "Pada suatu hari Nabi saw. duduk di mimbar dan kami duduk di kelilingnya. Beliau bersabda: "Sesungguhnya apa yang aku khuatirkan terhadap mu sepeninggal ku, ialah berkembangnya semarak dunia dan kemewahannya." Seseorang bertanya, "Apakah kebaikan membawa kejahatan?" Nabi saw. diam. Kemudian seseorang berkata kepada laki-laki itu, "Apa yang salah dengan pertanyaanmu, sehingga Nabi sampai tak menjawab?" Menurut hemat kami, wahyu sedang turun kepada beliau ketika itu. Kata Abu Said, sesudah beliau menyapu keringat lalu beliau bersabda: "Siapa yang bertanya?" Seolah-olah beliau berterima kasih kepada orang itu. Sabdanya, "Sesungguhnya bukanlah kebaikan yang membawa kejahatan. Tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di musim hujan, membunuh atau hampir membunuh selain ternak yang memakan rumput hijau. Apabila perutnya kenyang lalu dia memandang ke atas terus menceret terkencing dan makan pula. Harta itu hijau dan manis. Sebaik-baik harta kepunyaan seorang Muslim ialah yang diberikannya kepada orang miskin, anak yatim dan orang dalam perjalanan." Selanjutnya beliau bersabda: "Siapa yang mengambil harta itu tanpa suatu hak, sama dengan orang makan, tetapi tidak merasa kenyang. Dan harta itu akan menjadi saksi baginya di hari kiamat."

16  
Hadis Sahih Bukhari Jilid 2. Hadis Nombor 0752.
Dari Anas bin Malik r.a., katanya: "Abu Thalhah al Anshari adalah seorang kaya Madinah yang banyak mempunyai kebun kurma. Di antara kebun yang paling disukainya, ialah kebunnya di Bairuha yang berhadap-hadapan dengan masjid. Rasulullah sendiri pernah masuk ke kebunnya itu dan minum air tawar yang ada di situ. Anas menceritakan, ketika turun ayat: Lan tanaaJuul birra hatta tunfiquu mimmaa tuhibbun . . . . . (hingga akhir ayat), Abu Thalhah pergi menemui Rasulullah dan berkata, "Ya, Rasulullah! Allah tabaaraka wa ta'aalaa telah berfirman: Sekali-kali tidak kamu capai kebaikan sehingga kamu infakkan (sedekahkan) apa-apa yang kamu kasihi. Sesungguhnya hartaku yang paling ku kasihi ialah kebunku di Bairuha. Maka kerana itu kebunku itu aku sedekahkan kerana Allah, semata-mata kerana mengharapkan kebaikannya dari Allah. kerana itu, ya, Rasulullah! Berikanlah kebunku itu ke mana saja Allah menghendakinya." Jawab Rasulullah saw., "Wah! Itulah harta yang paling menguntungkan. (diucapkan beliau dua kali). Telah aku dengar apa yang kamu inginkan. Aku berpendapat, lebih baik engkau serahkan kebunmu itu kepada keluargamu." Kata Abu Thalhah, "Saya laksanakan, Ya, Rasulullah!" Kemudian Abu Thalhah membahagi-bahagikan kebunnya itu kepada keluarga serta anak-anak pakciknya."

17  
Hadis Sahih Bukhari Jilid 3. Hadis Nombor 1252.
Dari Bara' bin Azib r.a., katanya: Nabi s.a.w. mengerjakan Umrah pada bulan Zulkaedah. Penduduk Mekah tiada mahu membiarkan beliau masuk ke Mekah, kecuali jika diputuskan untuk tetap di Mekah hanya selama tiga hari saja. Waktu menulis surat perjanjian dituliskan: "lnilah apa yang telah diputuskan oleh Muhammad Rasulullah s.a.w." Mereka (orang kafir) berkata: "Kami tiada mengakui tulisan itu, kalau sekiranya kami mengakui bahawa tuan Rasulullah, tentu kami tidak akan melarang tuan. Tuan hanya Muhammad anak Abdullah. Sabda beliau: "Saya Rasulullah dan saya juga Muhammad anak Abdullah". Kemudian bersabda pada Ali: "Hapuslah kata-kata: Rasulullah". Jawab Ali: "Tidak, demi Allah. Selamanya saya tiada akan menghapusnya". Rasulullah s.a.w. lalu mengambil surat itu, maka ditulis: "Inilah apa yang diputuskan oleh Muhammad anak Abdullah. Senjata tiada boleh dibawa ke Mekah melainkan dalam sarungnya. Seseorang di antara penduduk Mekah yang hendak mengikuti beliau tiada dibolehkan ke luar Mekah, dan bahawa beliau tidak akan melarang seseorang di antara sahabat-sahabat beliau yang hendak menetap di Mekah." Setelah beliau masuk Mekah dan telah berlalu masa perjanjian, mereka datang kepada Ali. Kata mereka: "Katakanlah kepada kawan engkau supaya ke luar dari negeri kami. Sesungguhnya telah berlalu masa perjanjian". Nabi s.a.w. lalu ke luar. Anak perempuan Hamzah turut mengikuti mereka, katanya: Hai pakcik ku!" Maka tangannya dipegang Ali. Ia berkata kepada Fatimah: "Bawalah anak saudara bapa engkau, bawalah dia!" Kemudian terjadi pertengkaran tentang anak itu antara Ali, Zaid, dan Jaafar. Kata Ali: "Saya lebih berhak dengan dia, kerana dia anak saudara bapa ku". Kata Jaafar: "Anak saudara bapa ku dan saudara ibunya jadi isteri ku." Kata Zaid: "Anak saudara ku." Maka diputuskan oleh Nabi s.a.w. untuk saudara ibunya (bibinya) dan beliau bersabda kepada Ali: "Engkau sama dengan saya." Sabda beliau pada Jaafar: "Bentuk dan pembawaan engkau serupa dengan saya." Sabda beliau pada Zaid: "Engkau saudara kami dan maula kami".

18  
Hadis Sahih Bukhari Jilid 4. Hadis Nombor 1701.
Dari Nukman bin Basyir r.a, katanya: Rasulullah saw bersabda: "Anda lihat orang-orang yang beriman itu dalam saling kasih-mengasihi, saling cinta-mencintai dan saling tolong-menolong, seperti sebatang tubuh. Kalau ada salah satu anggota yang terkena penyakit, seluruh batang tubuh ikut menderita tidak dapat tidur dan menderita panas."

19  
Hadis Sahih Bukhari Jilid 4. Hadis Nombor 1983.
Dari Jarir bin Abdullah r.a. katanya: Rasulullah saw. bersabda: "Allah tidak mengasihi orang yang tidak kasih kepada manusia."

20  
Hadis Sahih Bukhari Jilid 3. Hadis Nombor 1238.
Dari Aisyah r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. kalau hendak bepergian, beliau undi antara isteri-isteri beliau. Siapa di antaranya yang keluar undiannya, beliau membawanya berangkat. Beliau mengundi antara kami untuk pergi kepada suatu peperangan. Maka keluarlah undian saya. Lalu saya berangkat bersama beliau sesudah turun ayat hijab (perintah bertutup muka). Saya dibawa dan ditumpangkan di atas sekedup, lalu kami berjalan. Setelah Rasulullah s.a.w. selesai dari peperangan itu, beliau berangkat pulang. Setelah kami berhenti dekat Madinah, malam harinya diberitahukan untuk berangkat. Ketika pemberitahuan itu, saya pun berdiri lalu berjalan hingga saya melampaui tentera. Setelah saya menyiapkan keperluan, dan saya bersiap-siap untuk berangkat, saya raba dada saya, kebetulan kalung saya jaz'i azfar (sebangsa akik) telah putus. Segera saya kembali mencari kalung saya, sehingga saya terlambat kerana mencarinya. Mereka yang akan berangkat itu datang ke tempat saya tadi, lalu mereka angkat sekedup saya dan mereka letakkan di atas punggung unta kenderaan saya. Mereka mengira saya dalam sekedup itu, kerana perempuan waktu itu berbadan ringan tiada berat badannya dan tiada banyak dagingnya, kerana mereka makan hanya sedikit. Orang itu tiada curiga ketika mengangkatnya, lalu sekedup itu mereka bawa. Mereka menyuruh unta berdiri dan terus berjalan. Kalung saya dapat kembali sesudah tentang pergi. Saya datang ke tempat tentera tetapi tiada seorang juapun lagi di situ, maka saya tujulah tempat yang saya tempati semula, kerana menurut dugaan saya, tentu setelah mereka tahu bahawa saya hilang, mereka akan mencari saya. Ketika saya sedang duduk, mata saya mengantuk, lalu saya tertidur. Safwan bin Mu'aththal Assulami Zakwani berjalan di belakang tentera. Waktu subuh ia tiba dekat tempatku, maka dilihatnya bayangan manusia sedang tidur. Lalu ia datang menemui saya, dan ia pernah melihat saya sebelum bertutup, lalu saya terbangun kerana ia membaca: Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, ketika ia menyimpuhkan untanya. Kemudian diinjaknya tangan unta itu, lalu saya kenderai, dan ia pun berjalan mengheret unta saya, sehingga kami sampai kepada tentera ketika mereka sedang beristirehat waktu mulai tengah hari. Maka curigalah orang yang curiga. Yang memelopori khabar dusta itu ialah Abdullah bin Ubayy bin Salul. Kemudian kami sampai di Madinah dan saya sakit selama sebulan. Mereka menyiarkan khabar bohong. Saya merasakan sewaktu saya sakit, saya tiada melihat kesayangan Nabi s.a.w. sebagaimana biasa saya lihat kalau saya sakit. Hanya waktu beliau masuk, beliau memberi salam, kemudian bertanya: "Bagaimana keadaanmu?" Saya tiada mengetahui hal yang demikian itu sampai saya sembuh. Waktu saya telah sembuh, saya ke luar bersama Ummu Misthah ke tempat buang air besar. Kami hanya keluar malam hari. Itu sebelum kami membuat bilik air dekat rumah kami. Dan keadaan kami sebagaimana keadaan orang Arab zaman dahulu, buang air di tengah padang. Lalu saya berjalan bersama Ummu Misthah binti Abu Ruhmin. Ia terbentur (tertarung) pada kainnya, lalu berkata: "Celaka Misthah!" Saya berkata kepadanya: "Alangkah jeleknya perkataanmu! Mengapa engkau caci laki-laki yang turut serta dalam peperangan Badar?" Jawabnya: "Hai! Tidakkah engkau tahu apa yang mereka perkatakan?" Lalu diceritakannya kepada saya berita bohong itu. Maka bertambah hebatlah penyakit saya di samping sakit yang telah ada. Setelah saya kembali ke rumah. Rasulullah s.a.w. masuk ke tempat saya, lalu beliau memberi salam dan bertanya:"Bagaimana keadaanmu?" Kata saya: "Izinkan lah saya menemui ibu bapa saya". Kata Aisyah: Ketika itu saya hendak meyakinkan tentang pekhabaran itu dari keduanya. Rasulullah mengizinkan saya, lalu saya datang menjumpai ibu bapa saya. Saya bertanya kepada ibu: "Apakah yang ramai dibicarakan orang banyak?" Jawabnya: "Wahai anakku! Janganlah engkau perdulikan keadaan itu terhadap dirimu! Demi Allah, sesungguhnya jaranglah perempuan cantik di samping laki-laki yang mengasihinya dan ia bermadu, tentulah madunya akan memperbanyak cacian kepadanya." Kata saya: "Subhanallah! Benarlah orang banyak membicarakan hal ini!" Kata Aisyah: Malamnya saya tinggal di situ sampai pagi. Air mata ku mengalir tiada putus-putus, dan saya tidak boleh tidur. Pada paginya, Rasulullah s.a.w. memanggil Ali bin Abu Thalib dan Usamah bin Zaid, ketika wahyu lambat (terhenti) turunnya. Beliau bermusyawarat dengan keduanya mengenai perpisahan dengan isteri beliau. Adapun Usamah memberikan pandangannya kepada beliau dengan nama Tuhan yang mengetahui diri beliau tentang kasihnya terhadap mereka. Usamah berkata: "Dari hal isteri tuan hai Rasulullah! Demi Allah, tiada yang kami ketahui melainkan baik." Ali bin Abu Thalib berkata: "Hai Rasulullah! Tuhan tiada akan menyulitkan tuan. Perempuan yang lain masih banyak. Tuan tanyalah jariyah (hamba), dia akan berkata benar kepada tuan!" Rasulullah s.a.w. memanggil Barirah, lalu beliau bertanya: "Hai Barirah! Adakah engkau ketahui pada Aisyah sesuatu yang mencurigakan engkau?" Barirah menjawab: "Tidak, demi Tuhan yang mengutus tuan dengan hak. Tiada hamba ketahui padanya keadaan yang dapat hamba cela. Tapi ia hanya seorang perempuan yang muda usianya. Ia tidur meninggalkan tepung yang dibasahi untuk dibuat roti, dan binatang-binatang kecil datang memakannya." Hari itu Rasulullah s.a.w. berdiri berkhutbah. Beliau menyatakan keberatan terhadap Abdullah bin Ubayy bin Salul. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Siapakah yang akan menolong saya terhadap laki-laki yang saya dengar mengganggu isteri saya. Demi Allah! Saya hanya mengetahui isteri saya sebagai seorang yang baik. Dan mereka menyebut laki-laki yang menurut pengetahuan saya orang baik. Ia tiada pernah masuk ke rumah isteri saya selain dengan saya." Maka Saad bin Muaz berdiri lalu berkata: "Hai Rasulullah! Demi Allah, saya menolong tuan terhadapnya. Kalau ia dari golongan Aus, kami penggal lehernya. Kalau ia saudara kami dari golongan Khazraj perintahkan lah kepada kami. supaya kami lakukan perintah tuan. "Saad bin Ubadah lalu berdiri. Dia pemimpin Khazraj. Sebelum itu dia seorang laki-laki yang baik. Tetapi dia didorong oleh rasa kesukuan (kesombongan), katanya: "Demi Allah! Engkau bohong! Jangan engkau bunuh dia dan engkau tidak boleh membunuhnya." Usaid bin Hudair berdiri pula, katanya: "Demi Allah! Engkau bohong. sesungguhnya kami mesti membunuhnya. Sebenarnya engkau munafik, engkau membela orang-orang munafik." Maka ributlah dua golongan Aus dan Khazraj, sehingga terjadi keributan dan hampir berbunuh-bunuhan dan Rasulullah s.a.w. sedang di atas mimbar. Segera beliau turun, lalu beliau tenangkan mereka, sehingga mereka diam dan beliau diam pula. Kata Aisyah: Hari itu saya menangis, air mata ku tiada putus-putusnya dan saya tidak boleh tidur. Pagi harinya ibu bapa berada di sisi saya. Saya telah menangis sehari dua malam, hingga saya kira tangis itu membelah hatiku. Ketika keduanya sedang duduk di sisi saya dan saya menangis, tiba-tiba seorang perempuan Ansar minta izin masuk, lalu saya izinkan ia duduk menangis bersama saya.Kata Aisyah: Ketika kami dalam keadaan demikian, tiba-tiba Rasulullah s.a.w. masuk lalu beliau duduk. Beliau tiada duduk di sisi saya semenjak hari orang memperkatakan diri saya. Selama satu bulan beliau tiada menerima wahyu mengenai keadaan saya. Kata Aisyah: Nabi mengucapkan syahadat membaca: (Asyhadu an la ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah), kemudian beliau bersabda: "Hai Aisyah! Saya telah mendapat berita tentang diri mu begini dan begitu. Kalau engkau tiada bersalah (suci), maka Tuhan akan membebaskan engkau. Tetapi kalau engkau berbuat dosa, maka mohonlah ampunan kepada Allah dan taubatlah kepadaNya. Sesungguhnya seorang hamba kalau mengakui dosanya, kemudian ia taubat. Tuhan akan menerima taubatnya." Setelah Rasulullah s.a.w. selesai bersabda, keringlah air mata saya hingga tiada terasa setitis pun. Saya berkata kepada bapa saya: "Bapa, tolonglah jawabkan kepada Rasulullah." Saya berkata kepada ibu: "Ibu, tolonglah jawabkan kepada Rasulullah!" Jawabnya: "Saya tidak mengetahui apa yang akan saya katakan kepada Rasulullah!" Kata Aisyah selanjutnya: "Saya seorang perempuan yang masih muda, tiada banyak membaca Quran." Katanya: "Demi Allah! Sesunguhnya saya mengetahui bahawa tuan telah mendengar apa yang diperbincangkan manusia dan masuk ke dalam hati tuan dan tuan pun membenarkannya. Demi, jika saya katakan kepada tuan, bahawa saya tiada bersalah (dan Allah mengetahui bahawa sesungguhnya saya tiada bersalah) tuan tiada juga akan membenarkan saya tentang itu. Demi, jika saya mengaku bersalah (sedang Allah mengetahui bahawa saya tiada bersalah) tentulah tuan akan membenarkan. Demi Allah, tiada saya dapati perumpamaan antara saya dan tuan, melainkan ketika bapa Yusuf berkata: "Hanyalah sabar yang lebih elok! Dan Allah tempat minta tolong terhadap apa yang kamu terangkan." Kemudian saya pindah ke tikar tempat tidur saya, sambil mengharapkan dibebaskan (disucikan) Tuhan saya kiranya. Tetapi, demi Allah, tiada saya kira bahawa wahyu diturunkan mengenai keadaan saya. Saya sendiri merasa terlalu kecil untuk disebutkan keadaan saya di dalam Quran. Hanya saya mengharapkan bahawa Rasulullah s.a.w. akan melihat (bermimpi) waktu tidur suatu mimpi, bahawa Tuhan membebaskan saya (menyatakan tiada bersalah). Demi Allah sebelum beliau hendak pergi ke majlis beliau, dan belum seorang pun dari isi rumah yang ke luar, maka diturunkan lah wahyu kepada beliau. Beliau merasa payah, sehingga keringat beliau bercucuran seperti mutiara, pada hal waktu itu musim dingin. Setelah wahyu kepada Rasulullah s.a.w. selesai, beliau tertawa. Perkataan pertama yang beliau katakan dihadapkan kepada saya: "Hai Aisyah! Pujilah Allah! Sesungguhnya Tuhan telah membebaskan engkau (menyatakan tiada bersalah)." Ibu berkata kepada saya: "Berdirilah engkau menghadap Rasulullah s.a.w.!" Jawab saya: "Tidak, demi Allah! Saya tidak akan berdiri menghadap beliau, dan tiada yang akan saya puji melainkan Allah!" Tuhan yang Maha Tinggi telah menurunkan ayat yang ertinya: "Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah golongan kamu juga sampai akhir ayat. (Surat An Nur, 11 . 12). Setelah Tuhan menurunkan ayat tentang kesucian saya, Abu Bakar Siddik, yang membelanjai Misthah bin Asasah kerana kerabatnya, berkata: "Demi Allah, untuk selamanya saya tiada akan membelanjai Misthah sedikit pun, sesudah ia memperkatakan tentang hal Aisyah." Tuhan yang Maha Tinggi lalu menurunkan ayat yang ertinya: "Orang-orang yang mempunyai kekayaan dan kelapangan di antara kamu janganlah bersumpah bahawa mereka tiada akan memberi pertolongan kepada kerabat sampai Tuhan itu Pengampun dan Penyayang". (Surat An Nur, ayat 22). Kemudian Abu Bakar berkata: "Demi Allah, sesungguhnya saya suka bahawa Tuhan akan mengampuni saya." Lalu ia kembali membelanjai Misthah sebagai dahulu. Dan Rasulullah s.a.w.. menanyakan pada Zainab binti Jahsy dari hal keadaanku. Nabi bertanya: "Apakah yang engkau ketahui tentang apa yang engkau lihat?" Jawab Zainab: "Hai Rasulullah! Saya menjaga pendengaran dan penglihatan saya. Demi Allah, tiada saya ketahui tentang dirinya melainkan baik." Katanya Aisyah: "Dan dia (Zainab) yang menyamai saya, maka Tuhan memeliharanya dengan wara' (taqwa kepada Tuhan)."